Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

UMMU SALAMAH

MENGGAPAI CINTA YANG HILANG


Pada suatu pagi Baginda Muhammad SAW datang menengok Abu Salamah yang terbaring sakit di rumahnya. Beliau terus berada di dekatnya hingga Abu Salamah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Baginda Rasulullah SAW menutup kedua mata sahabatnya yang perwira itu dengan kedua tangannya yang mulia kemudian mengarahkan pandangan ke langit seraya bersabda, “Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya bersama orang-orang yang dekat denganMu. Gantikanlah masa lalunya dengan kebaikan bersama orang-orang yang telah lewat. Ampunilah kami dan dia wahai Tuhan semesta alam.”

Musibah yang satu ini dihadapi oleh Ummu Salamah dengan hati yang penuh ketabahan. Ia pasrah dengan ketetapan Allah SWT yang telah digariskan kepadanya. Terngiang dalam benaknya sepotong doa Baginda Nabi SAW yang pernah dibisikkan suaminya, “Ya Allah berilah aku pahala atas musibah ini dan berikanlah untukku ganti yang lebih baik.” Ada perasaan tidak enak terselip dalam hati Ummu Salamah manakala ia mengucapkan potongan doa yang berbunyi, “Dan berikanlah untukku ganti yang lebih baik.” Hatinya bertanya-tanya, “Siapakah gerangan yang lebih baik dari Abu Salamah?”

Ketika Ummu Salamah menyelesaikan masa iddahnya, ada beberapa sahabat terkemuka berusaha melamarnya. Namun inilah kebiasaan kaum muslimin dalam menghormati seorang saudara. Mereka menjaga istri manakala salah seorang sahabat meninggal di medan jihad. Ummu Salamah menolak pinangan mereka semua sebab saat itu hatinya masih tertutup bagi lelaki selain suaminya.

Baginda Rasulullah SAW turun prihatin dengan nasib Ummu Salamah. Beliau menilai tidak bijak rasanya bila wanita yang jujur, setia dan sabar seperti dia dibiarkan sendiri tanpa seorang pendamping yang mengayomi dan mencukupi segala keperluannya.Maka suatu pagi, tatkala Ummu Salamah tengah menyamak kulit, Baginda Rasul SAW datang dan memohon izin untuk menemuinya. Ummu Salamah mengizinkan sembari mengambil sebuah bantal yang terbuat dari kulit dan diisi dengan serabut pohon sebagai tempat duduk Baginda Nabi SAW. Beliau pun duduk dan mengutarakan maksud hati beliau untuk melamar dirinya. Ummu Salamah hampir-hampir tak percaya akan apa yang didengarnya. Tiba-tiba terngiang lagi doa Baginda Nabi SAW yang diucapkan Abu Salamah, “Dan berikanlah untukku ganti yang lebih baik.”

Ummu Salamah bergumam dalam hati, “Beliau tentu lebih baik dari Abu Salamah.” Sebenarnya ia menerima pinangan Baginda Rasul SAW, akan tetapi hatinya masih dirundung keraguan. Oleh karena itu, ia pun terlebih dahulu menumpahkan perasaan hatinya, “Marhaban ya Rasulullah, bagaimana mungkin aku tidak mengharapkan anda? Hanya saja, saya adalah seorang wanita pencemburu. Saya khawatir bila anda menyaksikan sesuatu yang tidak anda sukai dari diri saya, maka Allah SWT akan murka kepada saya. Lagipula saya adalah seorang wanita yang telah lanjut usia dan mempunyai tanggungan keluarga.”

Mendengar curahan hati Ummu Salamah, Baginda Rasul SAW memberikan jawaban dengan tutur kata yang lembut, “Adapun alasanmu bahwa dirimu adalah wanita yang telah berusia lanjut, maka sesungguhnya usiaku lebih tua darimu. Bukanlah aib bila seorang wanita dinikahi lelaki yang lebih tua darinya. Mengenai alasan bahwa dirimu memilki tanggungan anak yatim, maka hendaknya kamu tahu bahwa anak yatim adalah tanggungan Allah SWT dan rasulNya. Untuk alasan bahwa dirimu adalah wanita pencemburu, maka aku akan berdoa kepada Allah SWT agar menghilangkan sifat itu darimu.” Ummu Salamah akhirnya menerima pinangan Baginda Rasulullah SAW dengan perasaan bahagia. “Sungguh, Allah SWT telah menggantikan bagiku seorang suami yang lebih baik dari Abu Salamah.”

Tragedi

Ummu Salamah akhirnya hidup dalam harmoni rumah tangga nabawaiy yang ditakdirkan untuknya. Ia menjaga jalinan kasih sayang dan dan kesatuan hati bersama para ummahatul mukminin. Ummu Salamah adalah seorang wanita yang cerdas dalam memahami persoalan dan bisa mengambil keputusan dengan tepat. Pada peristiwa Hudaibiyah, ia menunjukkan kepandaiannya. Waktu itu Baginda Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat menyembelih kurban selepas penanda-tanganan perjanjian dengan pihak kafir Quraisy. Para sahabat enggan melaksanakannya sebab mereka kecewa dengan hasil perjanjian Hudaibiyah yang lebih banyak merugikan kaum muslimin. Baginda Rasul SAW menemui Ummu Salamah dengan perasaan kecewa. Melihat situasi yang kurang mengenakkan itu, Ummu Salamah berusaha menghibur dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah anda menginginkan hal itu? Bila demikian, cobalah anda keluar dan jangan berkata sepatah kata pun kepada mereka sehingga anda menyembelih unta anda, lalu panggillah tukang cukur anda untuk mencukur rambut anda.”

Baginda Rasul SAW menerima usulan istrinya itu. Beliau berdiri dan keluar tanpa berkata sepatah kata pun sampai beliau menyembelih unta. Kemudian Rasul memanggil tukang cukur untuk mencukur rambut beliau. Melihat pemandangan itu, para sahabat segera bangkit dan menyembelih kurban, lalu mereka saling mencukur rambut satu sama lain.

Ummu Salamah juga menjadi saksi dari peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam. Pada tragedi pembunuhan Sayidina Husein bin Ali RA, Ummu Salamah adalah saksi mukjizat Baginda Muhammad SAW yang mengabarkan tragedi itu jauh sebelum terjadi. Ummu Salamah berkisah, “Suatu kali Hasan dan Husein bermain di rumahku. Tiba-tiba datanglah malaikat Jibril AS. Ia berkata kepada Baginda Rasulullah SAW, “Wahai Muhammad, sesungguhnya umatmu akan membunuh anakmu ini setelah engkau meninggal.” Ia berkata begitu sembari menunjuk ke arah Husein. Malaikat Jibril kemudian memberikan segenggam tanah kepada Baginda Nabi SAW. Beliau mencium tanah itu dan bersabda, “Bau karb (kesumpekan) dan bala (musibah). Wahai Ummu Salamah, bila tanah ini berubah menjadi darah maka ketahuilah bahwa anakku telah terbunuh.” Ummu Salamah lalu menyimpan tanah itu di dalam botol.

Sewaktu tragedi Karbala meletus, Ummu Salamah berkisah, “Aku melihat Baginda Rasul SAW di dalam mimpi. Kepala dan jenggot beliau berlumur darah. ‘Ada apa dengan anda wahai Baginda Rasul?’ tanyaku. “Tadi aku menyaksikan terbunuhnya Husein,” jawab beliau.

Setelah Baginda Rasulullah SAW menghadap Sang Kuasa, Ummu Salamah senantiasa memperhatikan urusan kaum muslimin. Ia mengamati segala peristiwa yang terjadi. Dengan kecerdasannya ia turut andil dalam setiap persoalan yang dihadapi umat dan mencegah kaum muslimin dari penyimpangan. Ia juga bersikap kritis terhadap khalifah dan pejabat yang memerintah. Ia kerap menerangkan hukum-hukum Allah SWT dengan kalimat yang hak dan tak pernah takut dengan celaan orang banyak. Ketika tiba bulan Dzul Qa’dah tahun 59 Hijriyah, ruhnya yang mulia menghadap Sang Pencipta. Ia wafat dalam usia 84 tahun setelah memberikan teladan kepada kaum wanita muslimah mengenai kesetiaan, jihad dan kesabaran. Ia adalah istri Baginda Rasulullah SAW yang meninggal paling akhir.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar