Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

TATKALA ISLAM BICARA TENTANG CINTA



Entah mengapa setiap mendengar kata cinta, banyak orang akan tersenyum simpul atau tersipu-sipu malu. Islam tidak menafikan cinta dari hati dan jiwa manusia. Keberadaannya adalah suci dan mulia karena merupakan fitrah yang dikaruniakan Allah pada diri setiap makhluk. Cinta menjadi alasan mengapa seorang ibu dengan rela mengandung, melahirkan dan merawat anak-anaknya. Begitu pula cinta yang dimiliki seorang ayah hingga membuat ia mampu bekerja keras untuk menafkahi keluarganya. Cibta adalah penyebab lahirnya generasi-generasi penerus umat manusia. Naluri seekor ibu kucing untuk menyusui dan menjaga anak-anaknya adalah wujud sebuah cinta. Islam juga menggalakkan manusia untuk saling mencintai dengan sesamanya agar dengan begitu akan tercipta kerukunan dan perdamaian. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Dari Anas bin Malik RA dari Nabi SAW, beliau bersabda : Tidaklah (sempurna) iman seseorang diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (H.R.Bukhari dan Muslim).

Karena kesuciannyalah, maka Islam mengatur cinta yang tumbuh di hati seseorang terhadap lawan jenisnya. Tidak ada yang tahu dengan cinta pria dan wanita selama itu dalam koridor keimanan. Allah juga memberikan penjelasan untuk apa diciptakannya rasa kasih sayang tersebut.



Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS Ar-Rum : 21)

Pada intinya, rasa cinta kepada lawan jenisnya haruslah disandarkan pada Allah semata agar tidak menjadi cinta buta yang mengarah pada perbuatan maksiat yang terlarang. Ingatlah kisah cinta Nabi Yusuf yang terhijab oleh rasa takut kepada Sang Khalik. Nabi Yusuf mampu menghindari godaan Zulaikha untuk berzina karena ia takut mengundang murkaNya meski beliau juga mencintainya.

Namun jika dibandingkan dengan semua macam cinta di antara sesama makhluk, maka cinta Nabi Muhammad pada umatnya adalah cinta yang paling besar. Bagaimana tidak? Di akhir hayatnya, yang keluar dari bibir beliau adalah ucapan “ummati, ummati.” Sang Nabi akhir zaman itu juga memohon agar rasa sakit sakaratul maut yang akan dialami umatnya dibebankan seluruhnya kepada beliau asal diringankan semua rasa sakit itu bagi umatnya. Rasanya tidak ada satu manusia pun mampu melakukan pengorbanan semacam itu.

Menjelang wafatnya Rasulullah menanyakan beberapa hal kepada Jibril. Salah satunya adalah jaminan bagi umat beliau. Rasulullah SAW bertanya : “Wahai Jibril, beritahukan lagi kepadaku tentang kabar yang menggembirakan aku?” Jibril as bertanya : “Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?” Rasulullah SAW menjawab : “Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperoleh oleh orang-orang yang membaca Al-Qur’an sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?” Jibril menjawab : “Saya membawa kabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman : “Aku telah mengharamkan surga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.” Maka berkatalah Rasulullah SAW : “Sekarang tenanglah hati dan perasaanku.”

Cinta yang paling tinggi kedudukannya adalah cinta Allah kepada hamba-hambaNya. Lihatlah betapa Allah sangat menyayangi hambanya. Dia menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian dan melimpahkan rahmat dan kasih sayangNya. Allah mengkaruniakan akal fikiran yang tidak dianugerahkan kepada makhluk Allah yang lain. Allah menguji hambaNya untuk mengetahui sejauh mana kesetiaan seorang hamba terhadap Allah. Allah tidak menguji seorang hambaNya melebihi apa yang mampu dilakukan oleh hamba itu.
Manusia sering lupa terhadap cinta dan kasih sayang Allah. Mirip dengan hadirnya sinar matahari yang sudah merupakan peristiwa sehari-hari, manusia merasa semua itu biasa saja dan melupakannya. Ada pun sifat cinta dan Maha Penyayang Allah tentu tidak diberikan begitu saja pada semua orang. Dibutuhkan usaha ekstra bila ingin meraih cintaNya. Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada siapa yang dicintaiNya dan siapa yang tidak dicintaiNya, tetapi Allah tidak memberikan iman kecuali kepada yang dicintaiNya.”

Kisah cinta seorang hamba pada Tuhannya yang paling tersohor di dunia adalah cinta Rabiatul Adawiyah kepada Allah SWT. Beliau dikenal sebagai ibu para kaum sufi. Rabi’ah telah membentuk satu cara yang luar biasa di dalam mencintai Allah. Dia menjadikan kecintaan pada Ilahi itu sebagai satu cara untuk membersihkan hati dan jiwa. Selama 30 tahun dia terus-menerus mengulangi kata-kata ini dalam sholatnya : “Ya Tuhanku! Tenggelamkanlah aku di dalam kecintaanMu supaya tiada suatu pun yang dapat memalingkan aku daripadaMu.” Beliau benar-benar tidak mau tenggelam dalam kehidupan duniawi dan mendedikasikan seluruh hidupnya dalam sebuah gubuk hanya untuk beribadah kepada Allah.
Keindahan cinta akan dapat kita rasakan bila kita menemukan cinta yang didasari oleh cinta kepada Allah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS